Anak Bunuh Ibunya [ Langkap, Purbalingga]

 Entah setan mana yang merasuki  Roni bin Samsuri (26), warga RT 4 RW 4 Desa Langkap, Kecamatan Kertanegara, Purbalingga, Jawa Tengah ini. Dengan kejam, ia tega menebas leher ibu kandungnya sendiri, Watinah (49) dengan kampak besar (wadung--Red) hingga tewas seketika, Minggu (9/5/2010) malam sekitar pukul 21.30 WIB.

Jenazah korban, Senin (10/5/2010) siang dimakamkan di pemakaman umum desa setempat. Sebelumnya, berdasarkan hasil otopsi di RSUD Purbalingga, diketahui korban mengalami luka bacok di leher sepanjang 15 cm dan lebar 4 cm. Tulang rongga leher juga putus karena sabetan kapak. Sementara tersangka yang merupakan anak kedua korban, kini damankan di Mapolres Purbalingga. Polisi masih menyelidiki latar belakang kasus pembunuhan itu. Namun diduga, korban mengalami gangguan jiwa.

Kapolres Purbalingga AKBP Ruslan Effendi didampingi Kapolsek Kertanegara AKP Djasiman yang ditemui , Senin (10/5/2010) mengemukakan, malam itu sekitar pukul 21.30, Watinah sudah masuk ke kamar dan tertidur. Entah karena sebab apa, Roni masuk ke kamar ibunya itu sambil membawa sebuah kampak besar yang biasa digunakan untuk menebang kayu. Tanpa basa-basi dia lalu menebas leher ibunya dengan kampak tersebut. Akibatnya sang ibu langsung tewas seketika.

Mengetahui ibunya sudah tak bernyawa, pelaku lalu menemui Samsuri (52), sang ayah, yang belum tidur, dan berada di halaman depan, karena hawanya panas.

Kepada ayahnya, Roni mengatakan dengan logat Banyumasan: "Pak, Biyunge wis tek pateni nganggo kampak. (Pak, ibu sudah saya bunuh dengan kampak--Red)."

Mendengar hal itu, Sontak Samsuri terkejut. Dia langsung masuk ke rumah dan memang mendapati istrinya sudah bersimbah darah di sekujur tubuhnya, dan telah meninggal.

Dia lalu berteriak minta tolong dan langsung pingsan.Tak lama kemudian anggota keluarga yang lain langsung datang. Mereka juga terkejut melihat situasi itu. Sementara pelaku langsung keluar dan mencoba melarikan diri. Tak lama kemudian petugas dari Polsek Kertanegara langsung mendatangi lokasi kejadian. Dengan bantuan warga, polisi langsung menangkap pelaku yang mencoba untuk melarikan diri.

Anak tersayang

Salah seorang anggota keluarga korban, Musriyah (45) kepada Bernas Jogja mengatakan, sebenarnya Roni selama ini merupakan anak yang disayang oleh kedua orang tuanya. Hal ini dibuktikan, kedua orangtuanya selalu menuruti permintaan Roni. Diantaranya membelikan telepon genggam terbaru dan sepeda motor baru di sebuah dealer sepeda motor di Kota Purbalingga.

Roni yang hanya mengecam pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD) itu sehari-hari bekerja membantu orang tuanya di sawah.

Namun, ujar Musriyah, memang sejak dua tahun terakhir ini--sepulangnya beguru dari sebuah pondok pesantren--ada yang berubah dari tabiat Roni. “Dia sering marah-marah dan memukuli keluarga serta saudara-saudaranya. Terutama jika hari Minggu tiba, marah-marahnya semakin menjadi-jadi, tanpa sebab yang jelas. Termasuk minggu malam itu, Roni marah-marah, sampai ia tega membunuh ibu kandungnya sendiri,” ujar Musriyah.

Kapolres Purbalingga AKBP Ruslan Effendi menambahkan, beberapa saat setelah kejadian itu, pelaku langsung diamankan di Mapolsek Kertanegara, dan malam itu juga dibawa ke Mapolres Purbalingga. "Karena sebelumnya tersiar kabar, ada sejumlah anggota keluarga korban yang merasa tidak terima dan berniat ingin menghakimi pelaku. Untuk pengusutan lebih lanjut, pelaku masih kai periksa," ujarnya.

Kapolres Purbalingga mengatakan, bisa saja pelaku mengalami gangguan jiwa. Namun apa yang menjadi penyebabnya, masih harus dipastikan. “Karena ketika diperiksa polisi, pelaku sempat mengatakan bahwa dirinya tak sadar kalau yang telah dibunuhnya adalah ibunya sendiri. Dia mengaku saat melakukannya, korbannya bukan ibunya,” ujarnya.

Menurut keterangan, pelaku juga seperti mendapatkan bisikan bahwa dia harus membunuh ibunya. Oleh karena itu polisi juga akan memfokuskan untuk melakukan pemeriksaan kejiwaan terhadap pelaku. “Kita ingin memastikan apakah pelaku ini sehat secara kejiwaan atau mengalami gangguan jiwa,” ujarnya. (wartakota.co.id/prasetyo)

Korban Banjir Bandang Tewas di Sungai Serayu

BANYUMAS - Jasad Nasruhan (30), warga Desa Tunjungmuli, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga ditemukan warga mengapung di Sungai Serayu, Rawalo, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah Rabu (27/1/2010) siang.

Kondisi jasad Nasruhan mengapung selama tiga hari dan akhirnya tersangkut di bawah Pohon Cangkring di pinggir Sungai Serayu. Warga yang melihat jasad korban langsung berusaha menepikan dan melapor ke aparat kepolisian.

Mendapat laporan tersebut, aparat langsung menuju lokasi kejadian dan melakukan pemeriksaan jasad korban bersama tim kedokteran Puskesmas Rawalo. Dari pemeriksaan sementara, korban diduga tewas akibat banyak kemasukan air pada paru-parunya. Sedangkan pada tubuh korban terdapat luka dibagian atas kepala karena benturan batu sungai saat hanyut.

Sementara menurut Kapolsek Rawalo, AKP Yudi Sarwani membenarkan jika korban adalah Nasruhan. Menurutnya, saat kejadian ada dua orang pencari burung, yaitu Suwito dan Nasruhan. Saat itu keduanya hanyut di Sungai Tambra yang mengalir di sekitar kawasan hutan perhutani di Desa Kramat, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga.

Dalam musibah itu, Suwito berhasil ditemukan dan selamat tapi mengalami luka-luka. Sedangkan Nasruhan, akhirnya ditemukan tewas karena diduga tidak bisa berenang. Setelah dilakukan pemeriksaan, jasad korban akhirnya dibawa ke rumah duka di desanya untuk kemudian langsung dimakamkan [okezone.com]

Angin Ribut Melanda desa Kramat

Selain merusak 10 rumah di Desa Tanjungmuli, angin ribut yang melanda Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Selasa (24/1/2012) siang, juga menyebabkan ribuan ternak ayam mati. Ayam-ayam itu tertimpa bangunan kandang yang roboh akibat dilanda angin kencang.
Pemilik kandang ayam yang roboh, Ikhrom Abdul Rouf, warga Desa Kramat, Karangmoncol, mengatakan, akibat kejadian angin ribut itu tiga kandang ayam miliknya rata dengan tanah.
"Lebih dari 1.000 ayam yang ada di tiga kandang itu mati akibat tertimpa bangunan kandang," ujarnya.
Ikhrom menyebutkan, kerugian yang ia tanggung setidaknya mencapai Rp 200 juta. Kerugian tersebut baru menghitung kandang ayam yang roboh. "Belum termasuk ayam saya yang mati tertimpa kandang," katanya.
Menurut Camat Karangmoncol, Slamet Prihono, akibat bencana ini, dari perhitungan sementara kerugian yang dialami oleh warga yang rumahnya roboh sekitar Rp 104,5 juta. Sementara kerugian kandang ayam sekitar Rp 200 juta. "Namun, ini baru kerugian sementara, kami masih melakukan pendataan," kata Slamet. [kompas.com]

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Press Release Distribution